Menu

Mode Gelap
Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 ) Niat Puasa Ramadan Sebulan Penuh ? Ini Bacaan Niatnya

Buku Kita · 19 Feb 2016 06:38 WIB ·

Pendapat Tokoh tentang Gus Dur; Manusia Multidimensional


 Pendapat Tokoh tentang Gus Dur; Manusia Multidimensional Perbesar

Gus Dur Manusia MultidimensionalJudul buku         : Pendapat Tokoh tentang Gus Dur; Manusia Multidimensional
Penulis                : Maswan dan Aida Farichatul Laila
Edisi                     : Pertama
Tahun terbit       : Mei 2015
Penerbit               : Deepublish Yogyakarta
Jumlah halaman: xviii + 267 hlm
Ukuran                : 14 x 20 cm
ISBN                   : 978-602-280-868-8
 

Beragam Opini tentang Gus Dur


 
Menulis tentang Gus Dur seakan tidak pernah terhenti dan senantiasa menarik. Meskipun beliau sudah wafat pada Rabu, 30 Desember 2009, namun tulisan-tulisan tentangnya seakan telah menghadirkannya kembali ke tengah-tengah masyarakat. Tulisan-tulisan tersebut pun masih terasa hangat dan tak lekang oleh waktu.
 
Gus Dur menjadi buah bibir dan menghiasi halaman surat kabar dan media elektronik di negeri ini bukan tanpa sebab. Beliau tidak normal layaknya manusia, karena beliau mampu menjadi orang “supergila” menurut kebanyakan orang. Orang awam dan orang-orang pintar kelas Indonesia, banyak yang tidak memahami pikiran dan gagasan-gagasan Gus Dur secara spontan dan simultan. Gus Dur adalah sosok manusia yang mampu mewujudkan diri dalam kehidupan secara multidimensional. Gus Dur menurut kacamata orang awam disebut tidak normal, mempunyai konotasi makna positif bagi yang memahami falsafah hidup beliau. Artinya ketidaknormalan secara positif, jika ditinjau secara psikologis untuk ukuran IQ, beliau manusia jenius. Potensi psikisnya melebihi kapasitas sebagai layaknya manusia normal (hal. 1).
 
Ketidaknormalan Gus Dur kita anggap sebagai orang gila. Singkatan gila kita panjangkan menjadi genius, intuitif, lurus dan apresiatif. Gus Dur gila, tidak diartikan sebagai kehilangan dan terputusnya sel syaraf otaknya, tetapi justru kelebihan dan tersambungnya sel syaraf otak beliau secara kuat, sehingga mampu berpikir lebih. Memori otak beliau sangat kuat dan luar biasa. Selain sel syaraf otak yang berlebih, ditunjang dengan potensi indrawinya yang tajam, kegilaan Gus Dur karena beliau kita pandang sebagai orang aneh, nyleneh, dan kontroversi tidak selaknya orang normal. Beliau genius, kemampuan berpikirnya di atas rata-rata orang normal (halaman 2).
 
Berbagai varian tulisan tentang Gus Dur selalu bermunculan, mulai dari artikel, berita, biografi, puisi, hingga cerpen. Tulisan-tulisan tersebut seakan menjadi manuskrip sejarah sepak terjang beliau sejak masih hidup hingga jejak-jejaknya setelah wafat. Sayangnya, beragam tulisan tentang beliau tersebut masih berserakan di mana-mana, padahal seringkali antara tulisan satu dengan yang lainnya memiliki korelasi meskipun ditulis oleh orang yang berbeda. Kenyataan tersebut menjadi pemicu semangat penyusunan buku berjudul “Pendapat Tokoh tentang Gus Dur; Manusia Multidimensional” yang disusun oleh Maswan dan Aida Farichatul Laila.
 
Penyusun buku tersebut mendasarkan pada landasan filosofis bahwa informasi, berita dan tulisan tentang Gus Dur yang pernah di muat di berbagai media cetak, elektronik dan media sosial internet adalah sebuah pembelajaran. Agar ada dokumen utuh yang dapat dibaca oleh khalayak umum, maka dirasa perlu untuk mengkompilasi tulisan-tulisan tersebut dalam satu buku (halaman ix).
 
Buku dengan tebal xviii + 267 halaman ini berisi tulisan-tulisan berbentuk berita, opini hingga artikel yang telah dimuat dalam berbagai media massa, baik elektronik maupun cetak. Secara jujur penyusun tetap mencantumkan penulis asli dari tulisan tersebut dengan tetap mempertahankan orisinalitas naskah sesuai dengan sumber aslinya. Beberapa media yang menjadi sumber data adalah Koran Kompas, Kompasiana, Kompas.com, Antara News, Suara Pembaharuan, Republika, Pos Kota, Suara Merdeka, Majalah Tokoh Indonesia, Harian Sinar Indonesia Baru, Jawa Pos, Pos Kota, Duta Masyarakat, Galamedia, Detik.com, dan beberapa sumber lainnya.
 
Beberapa penulis yang karyanya dikumpulkan dalam buku yang terbit Mei 2015 ini di antaranya adalah Arswendo Atmowiloto, Arif Mujayatno, A Umar Said, Abdul Munir Mulkhan, M. Dawan Rahardjo, Garin Nugroho, Nasrullah Muhammadong, Yahya C Staquf, Hanibal WY Wijayanta, M Toha, Dewi Anggraeni, Jaya Suprana, Dr Anugra Martyanto, Saidiman, Jimly Asshiddiqie, Rizqon Khamami, M Subhi Azhari, Anita Yossihara, M Zaid Wahyudi dan yang lainnya.
 
Membaca buku bunga rampai karya penulis-penulis tersebut seakan membawa kita menapaki jejak-jejak Gus Dur sejak hidup sampai wafat. Namun, terdapat sedikit kelemahan dalam buku ini, yaitu penempatan urutan tulisan yang tidak konsisten dan pengelompokan jenis tulisan. Tulisan-tulisan yang dikumpulkan dalam buku tersebut bukan hanya buah pikir dari penulis asli, namun juga berkisah tentang sejarah hidup seseorang, sehingga urutan waktu kapan naskah asli tersebut diterbitkan harus menjadi pertimbangan agar sejarah hidup tokoh yang dibicarakan dapat dibaca secara runtut berdasarkan setting sejarah yang berjalan. Selain itu, penggabungan tulisan berdasarkan kategori tulisan (berita, artikel, opini, dll) juga tidak boleh dikesampingkan. Hal ini agar pembaca tidak dibingungkan oleh gaya tulis yang tiba-tiba berubah ketika membuka halaman berikutnya karena sudah berganti penulis.
 
Buku terbitan Deepublish ini layak untuk menjadi salah satu referensi bagi masyarakat yang ingin memahami sosok Gus Dur dengan multi perspektif karena berisi kompilasi tulisan dari berbagai penulis dengan latar belakang yang beragam. Kekayaan sumber data menjadi kelebihan dari buku ini, sehingga akan semakin menambah khazanah informasi dan sejarah tentang Gus Dur. [dm]
Artikel ini telah dibaca 245 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Buku Historiografi Khittah dan Politik NU (2021)

20 September 2023 - 13:37 WIB

Kupas Buku “Benturan NU-PKI 1948-1965”

21 Februari 2023 - 09:08 WIB

Melawan Mahalnya Demokrasi

3 Oktober 2022 - 11:33 WIB

11 Ramadhan, Peringati Wafatnya Sayyidah Khadijah

13 April 2022 - 03:45 WIB

Mengapa Sayyidah Aisyah RA Selalu Mengqadha Puasa di Bulan Sya’ban?

7 Maret 2022 - 06:28 WIB

Ayat Epidemi dalam Alqur’an Sebagai Paradigma Membangun Jihad di Masa Pandemi

12 Agustus 2021 - 13:15 WIB

Trending di Buku Kita