Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Kabar · 3 Nov 2020 07:13 WIB ·

Lima Teladan KH Fuad Mun’im Djazuli


 Lima Teladan KH Fuad Mun’im Djazuli Perbesar

nujepara.or.id – Ittihadul Mutahorrijin Alfalah Ploso (IMAP) Jepara mengadakan kegiatan Do’a Bersama dalam rangka 7 hari Wafatnya salah satu Masyayih Pesantren Alfalah Ploso Kediri KH. Fuad Mun’im Djazuli. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jum’at malam (23/10/2020) di Kediaman KH. Harist Rahman Sinanggul Mlonggo Jepara. Acara yang dihadiri ratusan alumni Ploso dan Sarang ini dibuka K. Ahmad Sahil selaku Rois Suriyah IMAP Jepara.

Dalam sambutannya Gus Sahil menjelaskan bahwa acara 7 hari tersebut merupakan kelanjutan dari acara mondoakan Kiai Fuad yang sudah dilakukan oleh alumni di wilayah masing-masing sejak malam pertama wafatnya Almaghfurlah. Acara tersebut bertujuan mendoakan Kiai Fuad yang sekaligus bentuk khidmah santri-santri kepada kiainya yang wafat.

Acara diisi lantunkan Shalawat Nabi yang dipimpin oleh Habib Abdullah yang dilanjutkan Pembacaan Tahlil oleh K. Wahid. Kemudian diisi sambutan tuan rumah K. Kharis Rahman yang merupakan abdi ndalem Kiai Fuad selama mondok di Ploso.

K. Kharis menceritakan uswah hasanah dari sosok Kiai Fuad yang bisa diambil hikmah oleh santri-santri dan alumni. Pertama, Mbah Fu’ mempunyai prinsip yang simpel.

Assholih huwal qaim bi huquqillah wa huquqi ibadih. Orang saleh adalah orang yang bisa menjalankan dengan baik hak-haknya pada Tuhan dan manusia.

Kedua, Wabil walidaini ihsana wa bidzil qurba. Sinten “dzi al qurba”? Nek wong tuwa wis ra ana, ya kakak kakakmu, mbak-mbakmu. Khidmahana, kaya dene khidmah nang tiyang sepuh piyambak.

“Intinya bila orang tua sudah wafat, maka posisikanlah kakak-kakakmu sebagaimana orang tua kamu, baik dalam menghormati maupun berkhidmah atau melayani,” jelasnya.

Ketiga, Khairukum, khairukum liahlih. Bagus-baguse iri iku kang luwih bagus marang keluargane. Pramilo Yai Fu’ menawi gilir mesti tepat waktu, berdasar jam. Tur menawi rawuh mesti ngasto oleh-oleh kagem garwo. “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarga kalian. Maka dahulukan mereka sebelum yang lain.”

Keempat, Mbah Fu’ niku cok ndawuhi wong liya, nek atine wong iku bener-bener mangap. “Kiai Fuad itu menasihati orang bila orang yang dinasihati sudah siap (hatinya sudah terbuka).”

Kelima Yai Fu’ ingkang dipentingno iku ingkang benjing dados tanggungan ten Akhirat, kados tanggung jawab kalih anak bojo n santri, dene liya-liyane urusan buri. Acara ditutup dengan do’a oleh K. Muzakka. (as)

Artikel ini telah dibaca 151 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga

15 Maret 2024 - 00:06 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (1)

13 Maret 2024 - 17:35 WIB

Trending di Headline