Menu

Mode Gelap
NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan? Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!! Ngaji Burdah syarah Mbah Sholeh Darat  ( 2 ) Ngaji Burdah Syarah Mbah Sholeh Darat ( 2 )

Kabar · 17 Mei 2016 16:50 WIB ·

Menulis Membutuhkan Keberanian


 Menulis Membutuhkan Keberanian Perbesar

RMI Donorojo
JEPARA – Orang tidak segera memulai menulis karena takut salah atau kuatir tulisannya dianggap jelek orang lain. Padahal, orang lain adalah editor utama hasil tulisan kita. Hal itu wajar bagi pemula. Senyatanya, menulis membutuhkan keberanian.
Itulah salah satu poin yang disampaikan Muhammadun Sanomai, ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jepara pada Idaroh PCNU Rabithatul Ma’ahid Islam (RMI) Kab Jepara di Pondok Pesantren Darul Ulum, Bandungharjo, Donorojo, Jepara, Selasa (17/05/2016) siang.
Acara yang dihadiri puluhan santri dari pesantren yang ada di Zona I RMI Jepara (Donorojo, Keling, Kembang, Bangsri) itu adalah kegiatan pengembangan pesantren dalam bidang jurnalistik. Nantinya, para santri akan memiliki media agar kegiatan berbasis pesantren bisa dibaca secara luas oleh masyarakat.
“Saya membayangkan teman-teman santri bisa menuliskan apa yang ada di pesantren. Sekecil apapun itu,” kata Muhammadun yang juga Kepala Biro Suara Muria Koran Suara Merdeka itu. Ia mencontohkan banyak pesantren yang belum ditulis oleh para santri itu sendiri, misalnya biografi pengasuk pondok pesantren, juga profil pesantren yang lekat dengan sejarahnya dalam berkiprah di bidang pendidikan.
“Kita bisa melihat ada banyak tokoh mumpuni dari pesantren yang bisa ditulis, baik yang skala internasional, nasional, regional, bahkan yang lingkup lokal. Santri mestinnya menjadi yang terdepan dalam menuliskan kultur dan dinamika pesantren, termasuk menganalisis berbagai fenomena,” lanjutnya.
Ia juga menjelaskan kelebihan santri ketika mampu menulis. Keterampilan berbahasa Arab, kebiasaan berduskusi di pesantren, juga kebiasaan membaca banyak literatur bisa memperkaya bekal seorang jurnalis. “Salah satu prasyarat menjadi jurnalis adalah berbekal pengetahuan yang mumpuni tentang banyak hal. Hal itu bisa ditopang dengan karakter rasa ingin tahu dan rajin mencari informasi,” kata dia.
Untuk memotivasi peserta, Muhammadun mengajak peserta menulis usai materi disampaikan. Hasilnya, banyak peserta yang akhirnya berani menuangkan ide-idenya di kertas yang telah disediakan panitia.
“Ini hasil yang baik untuk permulaan. Ada 9 peserta terbaik yang kami apresiasi dengan stiker Ayo Mondok,” tandas Gus Aik, ketua panitia acara. (abd)

Artikel ini telah dibaca 31 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

NU Peduli Bersama Kemenag Jepara Salurkan Bantuan Bagi Warga Dorang

20 Maret 2024 - 19:56 WIB

Belajar Dari Geomorfologi “Banjir” Eks Selat Muria, Mau Diapakan?

19 Maret 2024 - 13:50 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (2)

18 Maret 2024 - 23:03 WIB

Mbah Dimyathi: Jadi Wali Itu Mudah, Ngaji Lebih Sulit!!

16 Maret 2024 - 23:52 WIB

Sedulur Papat Limo Pancer, Wejangan Ruhani Sunan Kalijaga

15 Maret 2024 - 00:06 WIB

Kisah Raden Kusen, Senopati Terakhir Majapahit Saat Menghadapi Gempuran Demak (1)

13 Maret 2024 - 17:35 WIB

Trending di Headline